Salam jalan!
Finally setelah sekian lama, saya jalan-jalan lagi (baca : kesasar lagi).
Perjalanan saya kali ini adalah mengunjungi kota tetangga, Solo - TheSpirit of Java. Trip-mate saya kali ini cuma satu orang, alias kami cuma berdua ke sana. Dia adalaaaaah..... Big Bro saya, Satya Manggala Pragolapati a.k.a. Angga a.k.a. Gibul (yang disebut terakhir bisa terdengar lebih akrab dan nyaman, hehehe, peace, Bul! ^^v). Awalnya mau ngajak Nurul, super-crazy-trip-mate saya yang satunya, tapi berhubung beliaunya lagi ada praktikum, akhirnya cuma berdua deh kita..
Perjalanan dimulai dari atas Bus Safari ijo Solo-Semarang. Kami memang sengaja nggak janjian di suatu tempat tertentu, tapi langsung di atas bus, biar nggak ribet gitu. Hehe.. Kami berangkat sekitar jam 8.30 pagi. Setelah perjalanan yang melelahkan (baca : bikin pengen muntah gara-gara si sopir yang doyan manouver di jalan), sampai juga kami di Solo, sekitar jam 10-an pagi.
Tujuan kami adalah Keraton Surakarta, Museum Batik Danar Hadi, Museum Radyapustaka, dan Pasar Gede Solo. Berdasarkan secuplik info yang saya dapat dari temen kuliah saya, Toar, dari Kerten (tempat saya dan Angga turun dari bus Semarang-Solo), saya harus naik BST (Batik Solo Trans) dengan tarif sekali jalan Rp 3.000,- dan turun di halte Best Western. Kami pun mengikuti petunjuk tersebut, karena jujur kami benar-benar BUTA ARAH!!!!! Dan yang mengharukan, konyol, dan agak menjengkelkannya, setelah kami naik BST, saya bilang ke mbak-mbak kernet BST kalau kami akan turun di Best Western. Awalnya saya agak curiga dengan mbak-mbak tersebut karena nada bicaranya agak kurang meyakinkan dalam menimpali perkataan saya. Sebelum saya sempat berpikir panjang dan berdiskusi dengan trip-mate saya (halah!), kecurigaan saya sudah keburu terbukti, dan tahukah Anda apa yang mbak-mbak itu katakan pada saya???? "mbak, maaf banget, Best Western-nya udah kelewatan, tadi harusnya mbak-nya bilang turun Keraton aja, saya nggak tahu Best Western, turun Balai Kota aja ya? ^_^". Nah lo! KEBABLASAN! Hawft! Akhirnya saya dan Angga pun menurut kata-kata mbak-mbak tersebut, dan alhasil kami harus berjalan dari Balai Kota menuju Keraton Kasunanan Surakarta yang kami kira dekat, ternyata jauuuuh uh uh uh! Harus nglewatin alun-alun dulu sampai akhirnya kami nemu loket masuk Keraton Surakarta.. (=,=')
Akhirnya, sampai juga kami ke keraton :)) Kami diberi tahu bahwa nantinya akan ada 2 loket. Loket pertama menuju Pagelaran dan Sitinggil dan loket kedua menuju Museum Keraton dan Keraton Kasunanan Surakarta. Yang unik adalah adalah adanya perkampungan dan sekolah di dalam area keraton. Kampung ini disebut Kampung Baluwarti. Ada lagi yang menarik, saat kami masuk ke dalam area Keraton Kasunanan Surakarta yaitu kami diharuskan melepas alas kaki jika tidak memakai sepatu. Walaupun saat itu saya memakai sepatu kets, tapi saya tetap melepas sepatu saya, karena rasanya nggak ada sensasinya kalo nggak nyeker, hehehe.
Pagelaran
Sitinggil
inside The Museum
rindangnya Keraton Surakarta
Tujuan selanjutnya adalah ke Pasar Gede, untuk berburu kuliner. Berhubung kata bapak-bapak becak yang ada di pintu keluar (yang berbau promosi dan bersifat persuasif) menyatakan bahwa Pasar Gede agak jauh, dan saya juga udah-capek-buanget, akhirnya kami putuskan untuk naik becak. Kami sebetulnya meminta untuk diantar ke Timlo Sastro, tapi berhubung bapak becak tersebut berkata lagi bahwa di bagian depan Pasar Gede sudah terdapat banyak makanan-makanan khas, kami pun akhirnya menurut dan hanya diantr sampai depan Pasar Gede, yang ternyata cuma ada makanan-makanan kering yang bjelas-jelas bukan untuk dijadikan menu makan siang .T.T. Dua kali deh kami kena "tipu". Akhirnya kami berjalan kaki lagi untuk ke Timlo Sastro di bagian timur.......
(bersambung ke part II)